Kedudukan Ulama Di Tengah Manusia
KEDUDUKAN ULAMA DI TENGAH MANUSIA[1]
Diantara nikmat Allâh Azza wa Jalla terbesar yang dianugerahkan kepada kita adalah Allâh Azza wa Jalla telah menjaga agama ini untuk kita, melalui para pejuang agama yang ikhlas. Ya, mereka tak lain dan tak bukan adalah al-Ulama’ al-âmilûn; para Ulama yang terus mengamalkan ilmu mereka. Merekalah para imam yang menjadi panutan; pelita yang melalui mereka kegelapan menjadi tersingkap. Sungguh, keberadaan sosok seperti mereka menjadi garda penjaga agama dan memelihara kemuliaannya.
Mereka adalah benteng penghalang antara agama ini dengan musuh-musuhnya. Merekalah cahaya yang menerangi umat ini saat kebenaran itu tampak samar-samar di mata sebagian orang. Merekalah pewaris para nabi di tengah umat; sekaligus penjaga agama mereka. Karena para Nabi itu tidak mewariskan harta melimpah, namun mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, artinya ia telah mengambil bagian yang sangat besar. Mereka adalah para saksi Allâh Azza wa Jalla di muka bumi yang mengakui kebenaran dan memproklamirkannya kepada khalayak manusia; bahwa Dialah Allâh Yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia; mengakui bahwa Dialah yang menegakkan keadilan, dan bahwa setiap hukum yang bertentangan dengan hukum Allâh Azza wa Jalla , berarti salah satu bentuk kezhaliman. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allâh menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Âli Imrân/3:18]
Para Ulama adalah saksi Allâh Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi-Nya, yang bersaksi bahwa para rasul-Nya adalah benar dan dibenarkan Allâh Azza wa Jalla . Dan bahwa mereka telah menyampaikan risalah-Nya dan menunaikan amanah serta memberi nasihat kepada umat. Dan mereka telah berjihad di jalan Allâh dengan sebenar-benarnya.
Mereka adalah para saksi Allâh di muka bumi-Nya yang menjadi saksi tentang berlakunya hukum-hukum Allâh atas para makhluk-Nya. Mereka membacakan dan memahamkan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Sehingga mereka menjadi saksi atas sekalian makhluk tentang hukum-hukum yang adil yang ada pada keduanya, dan juga berita-berita yang benar di dalamnya. Tidak ada di tengah umat ini sosok seperti mereka dalam memberi nasihat secara tulus. Mereka mengajarkan hukum-hukum Allâh dan memberi wejangan kepada para manusia, serta menuntun umat ini menuju kebaikan dan kesalihan. Merekalah para pemimpin yang mengadakan perbaikan, merekalah orang yang takut kepada Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allâh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. [Fâthir/ 35: 28]
Memang benar! Para Ulama adalah orang yang takut kepada Allâh Azza wa Jalla , karena mereka lebih mengenal Allâh Subhanahu wa Ta’ala dibandingkan yang lain. Mereka mengetahui janji Allâh untuk para wali-Nya, dan ancaman Allâh untuk para musuh-Nya. Ilmu yang bermanfaat telah mengantarkan mereka untuk mengenal Allâh, sehingga mereka tahu apa yang Allâh cinta dan ridhai, tahu apa yang dibenci dan dimurkai. Orang yang lebih tahu dan lebih mengenal Allâh, maka ia akan lebih merasa takut kepada-Nya. Takut bukan dengan menjauhi-Nya, namun justru dengan mendekat, bertaqarrub, memohonkan rahmat dan meminta perlindungan-Nya. Dan mereka ini adalah para Ulama; orang yang paling tahu tentang hal yang buruk dan jalan-jalannya. Ini seperti yang Allâh firmankan:
ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُخْزِيهِمْ وَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تُشَاقُّونَ فِيهِمْ ۚ قَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ إِنَّ الْخِزْيَ الْيَوْمَ وَالسُّوءَ عَلَى الْكَافِرِينَ
Kemudian Allâh menghinakan mereka (yaitu yang tidak beriman) di hari kiamat, dan berfirman: “Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang mukmin)?” Berkatalah orang-orang yang telah diberi ilmu (yaitu para nabi dan para ulama rabbâni): “Sesungguhnya kehinaan dan azab hari ini ditimpakan atas orang-orang yang kafir” [An-Nahl/ 16: 27]
Kaum Muslimin, rahimakumullah!
Oleh karena itu, banyak teks yang menunjukkan keutamaan ilmu dan Ulama. Di antaranya apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam sabdakan:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
Barangsiapa yang Allâh kehendaki padanya kebaikan, niscaya Allâh akan jadikan dia paham akan agama. [HR. Al-Bukhâri, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, Ad-Darimi]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَبْتَغِي فِيهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَريقاً إِلَى الجَنَّةِ، وَإنَّ المَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ العِلْمِ رِضاً بِمَا يَصْنَعُ ، وَإنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ حَتَّى الحيتَانُ في المَاءِ
Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka untuk mencari ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat benar-benar merendahkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia perbuat. Dan sungguh, apa yang di langit dan bumi benar-benar memintakan ampun untuknya, sampaipun ikan di dalam lautan. [HR. Abu Daud dan At-Turmudzi]
Perumpamaan Ulama di muka bumi ini adalah laksana bintang-bintang yang menjadi pertanda jalan di tengah gelap gulitanya daratan dan lautan. Maka bila sinar bintang-bintang ini redup dan padam, maka para pencari jalan pun akan mudah tersesat. Dan sungguh, satu orang faqih, lebih berat dan lebih menyusahkan bagi syaitan daripada seribu orang ahli ibadah (yang kosong akan ilmu). Karena manfaat ahli ibadah hanya terbatas pada dirinya semata, sedangkan seorang faqih, maka ia sejatinya telah menjaga agama Allâh Azza wa Jalla dan memberi kemanfaatan kepada sesama manusia. Ia menuntun umat menuju kebaikan dan jalan Allâh Azza wa Jalla , sementara syaitan akan menyeret mereka menuju keburukan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. [Fâthir/ 35: 6]
Seruan seorang faqih dan ajakan syaitan adalah dua kutub yang bertolak belakang. Oleh karena itu, syaitan akan merasa senang dengan wafatnya para Ulama. Karena mereka adalah musuh berat bagi syaitan.
Apabila seperti ini keutamaan dan keadaan seorang alim, maka sudah sepantasnya bagi kita untuk mengerahkan daya dan upaya kita untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Kita hadiri majlis ilmu, kita memperbanyak membaca, bertanya kepada ahlinya, mencari dan meneliti, sehingga kita bisa mendapatkan warisan para nabi yang mulia, dan bisa menyertai mereka di negeri akhirat. Maka sungguh, sebaik-baik yang diwarisi adalah para Nabi, dan mereka juga sebaik-baik teman yang disertai.
Bila ini adalah kedudukan seorang alim di tengah umatnya, maka kitapun akan merasa risau dan berduka dengan wafatnya Ulama. Sebab hilangnya seorang alim bukanlah kehilangan sosok dirinya semata, akan tetapi kehilangan suatu bagian dari peninggalan kenabian. Kehilangan satu bagian besar, sesuai dengan andil dan perjuangan alim yang meninggal tersebut.
Maka demi Allâh! Hilangnya seorang alim tidak bisa diganti dengan apapun, tidak dengan harta, atau lainnya. Kehilangan seorang alim adalah musibah besar yang menimpa Islam dan kaum Muslimin, yang tidak bisa tergantikan, kecuali bila Allâh Azza wa Jalla memberi kemudahan dengan mendatangkan orang yang menggantikan perannya. Kiprah yang menggantikan kiprah pendahulunya; dalam berjuang dan menolong kebenaran.
Sungguh, kehilangan Ulama pada zaman seperti sekarang ini, merupakan musibah yang berlipat-lipat. Karena Ulama yang mengamalkan ilmunya sudah menjadi sosok langka; di tengah semaraknya kebodohan, dan upaya pengkaburan kebenaran. Akan tetapi kita tidaklah berputus asa dari rahmat Allâh Azza wa Jalla . Sungguh, Rasûlullâh n telah mengabarkan dengan sabdanya:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berada di atas kebenaran dalam kemenangan; tidak akan membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka, hingga datang perintah dari Allâh (yaitu menjelang hari kiamat) sedangkan mereka berada dalam keadaan tersebut. [HR. Muslim, At-Turmudzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad]
Kita memohon kepada Allâh agar Dia berkenan menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan amal shalih; dan agar Allâh memudahkan umat ini dalam menjaga agama-Nya dan menolong umat-Nya yang taat, serta menghinakan orang yang durhaka kepada-Nya. Sesungguhnya Allâh adalah Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XXI/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Diterjemahkan dari Adh-Dhiyâ’ al-Lâmi’ min al-Khuthab al-Jawâmi’ karya Syaikh Muhammab Bin Shalih Bin al-Utsaimin t .
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/9862-kedudukan-ulama-di-tengah-manusia.html